Bab 4 Datang lah Ke Kamarku Malam Ini
Author: Lemon Flavored Cat
Dekan yang ada di sampingnya tersenyum. “Tuan Tremont, apa yang kau maksud itu… Will Sivan? Kau mungkin sudah pernah mendengar tentang dia, dia adalah salah satu dari tuan muda dari keluarga Sivan. Dia sedang di tahun pertama sekarang. Mereka bertiga biasanya selalu bersama-sama.”

“Mulai besok, aku tidak mau melihatnya lagi di Universitas Southline. Oh tidak, maksudku aku tidak ingin melihatnya lagi di seluruh ibukota.” ucap Mark Tremont dengan datar sebelum berbalik badan dan pergi.

Setelah beberapa langkah, dia berhenti. “Dan aku akan sepenuhnya mensponsori Arianne, tapi secara diam-diam dan jangan sampai orang tahu bahwa akulah sponsornya.”

Dekan langsung menganggukan kepalanya.

“Baiklah, baiklah. Semoga harimu menyenangkan tuan”

-----

Setelah sekolah telah usai, Arianne Wynn menyeret badannya yang lesu sambil mendorong sepedanya ke gerbang kampus, dia berdiri disana untuk menunggu Will Sivan karena dia ingin mengembalikan syalnya.

“Ari, apa kau sedang menunggu Will? Dia sudah pulang sejak tadi siang, dia bilang dia ada urusan keluarga.”

Tiffany berjalan menghampirinya dan mengeluarkan bungkusan kecil dari tasnya.

“Ambillah ini, ini obat untuk flu, dia memintaku untuk memberikan ini padamu. Ada obat untuk demam juga didalam. Jangan lupa untuk meminumnya.”

Arianne hanya memandangi bungkusan obat itu tanpa mengambilnya.

“Aku tidak butuh itu. Tolong kembalikan syal ini padanya. Aku akan pulang sekarang.”

Sekarang, karena Mark Tremont sudah kembali ke kota, maka dia harus pulang tepat waktu setiap hari.

Tiffany menyodorkan bungkusan obat itu pada Arianne. “Kenapa kau keras kepala sekali? Aku bahkan tahu kalau dia menyukaimu, kau tidak menyadarinya kan?”

Pipi Arianne yang pucat menjadi kemerahan. “Hentikan omong kosongmu itu! Dah!”

Baru saja dia mengambil satu langkah, tiba-tiba Mobil Mark Tremont melaju dan berhenti kurang dari satu meter dari Arianne.

Tiffany baru saja akan mengamuk, tapi Arianne langsung menutupi mulut Tiffany.

“Tidak apa-apa. Kau bisa pulang duluan!”

Arianne sudah bisa melihat wajah geram Mark Tremont yang sedang duduk dikursi sopir.

Mark tidak memiliki kesabaran untuknya. Satu klakson saja sudah cukup untuk Arianne buru-buru memarkirkan sepedanya ke sisi jalan dan masuk ke dalam mobil lalu menutup pintunya.

Tiffany Lane bingung. Dia ingin mengatakan sesuatu tapi mobil itu sudah melaju pergi.

Arianne yang duduk didalam mobil hanya menunduk tanpa berani bicara sedikitpun. Ini adalah pertama kalinya Mark menjemputnya dari kampus, tapi dia sama sekali tidak terkejut, dan malah ketakutan.

“Apa kau sudah punya pacar sekarang?” Tanya Mark dengan santai.

Arianne teringat pada Will Sivan tapi dia menggelengkan kepalanya dengan gugup.

“Tidak.”

Disaat yang sama, dia menggenggam erat bungkusan obat yang ada di tangannya.

“Will Sivan tidak akan menampakkan dirinya lagi.”

Mark Tremont menoleh padanya sambil menyeringai.

Arianne mendongak, dia terkejut saat matanya saling bertatapan dengan Mark.

“Apa maksudmu?”

Jawabannya membuat Mark kesal.

“Selain dari menebus dosa-dosamu, tidak ada lagi hal lain yang kau boleh lakukan dalam hidupmu, termasuk jatuh cinta, menikah, atau melahirkan anak. Mengerti?”

Nada suaranya yang dingin seolah melempar Arianne ke jurang yang beku. Dia seketika merasakan kebencian pada pria yang ada di hadapannya itu. Kenapa dia harus merenggut semua hal yang dia suka?

Tak lama kemudian, mobil itu akhirnya sampai di kediaman keluarga Tremont. Mata Mark seolah menjadi gelap saat Arianne keluar dari mobil dan dia melihat kantong obat yang Arianne pegang sedari tadi.

“Diam disana.”

Arianne terdiam. Kantong obat yang ada di tangannya itu direbut olehnya dan dilempar ke jalanan begitu saja oleh Mark.

Bahu Arianne seolah runtuh saat dia berjalan menuju pintu belakang. Tidak ada orang yang ingat sejak kapan Mark Tremont melarangnya untuk keluar masuk melewati pintu utama. Alasan mengapa dia melarang Arianne melewati pintu utama adalah karena dia tidak ingin mereka saling berpapasan, dan dia sudah memerintahkannya untuk tidak menampakkan dirinya di hadapan nya kecuali saat dia ingin menemuinya.

“Datanglah ke kamarku malam ini.”

Perintah Mark Tremont sebelum berjalan dengan cepat menuju pintu utama. Kerutan di wajahnya mampu mengintimidasi para pengawalnya, tapi hal itu tak berlaku pada pelayan Mary dan kepala pelayan Henry yang tetap menghampirinya dan menyapanya.

“Kau sudah kembali tuan.”

Mark mengangguk ringan. Lalu dia menghentikan langkahnya saat dia berada di tangga.

“Mulai sekarang, Arianne Wynn harus sarapan pagi dan makan malam di rumah ini.”

Apakah dia sudah menyadari kalau selama ini dia telah menyiksa Arianne setelah melihat betapa lemahnya Arianne saat ini?

Pelayan Marry tersenyum padanya lalu menjawab.

“Baik Tuan, aku akan memastikan kalau nona Arianne akan makan dengan baik dan teratur.”

Saat Arianne membersihkan dapur dengan Marry pada malam hari, Mary memegang tangan Arianne yang dingin dengan penuh simpati lalu berkata.

“Sudah cukup, istirahatlah lebih awal sana, kau tidak perlu membantuku lagi, lihatlah tanganmu yang pecah-pecah itu. Ari, tuan sebenarnya cukup baik padamu. Berhentilah melawannya. Apakah kau masih belum memahami dia juga? Turutilah kemauannya maka semuanya akan baik-baik saja. Aku sudah merawat dan menyaksikan dia tumbuh dari kecil hingga dia dewasa. Dia bukanlah orang yang jahat.”

Arianne hanya diam tanpa mengatakan apa-apa, dan melanjutkan mengepel lantai berulang-ulang. Dia benar-benar tidak ingin melihat Mark Tremont sama sekali. Kediaman Keluarga Tremont sangat besar, walaupun Mary tidak memiliki banyak tugas untuk dikerjakan. Tugasnya selalu selesai tepat waktu.

Waktu telah menunjukan lewat dari jam sebelas malam saat Arianne akhirnya mengumpulkan keberanian untuk pergi ke lantai atas dan dengan hati-hati mengetuk pintu kamar Mark Tremont.

Tidak ada jawaban dari dalam kamar itu, dia ingin berbalik dan kembali ke lantai bawah untuk pergi ke gudang kecil dimana dia tidur. Tapi saat dia tengah ragu-ragu, Arianne akhirnya membuka pintu kamar Mark Tremont dan masuk kedalam, dia tahu betul konsekuensi yang akan dia terima jika dia tidak menuruti permintaan Mark Tremont.

Dia perlahan memasuki kamar yang gelap itu.

“Apakah kau…. Sudah tidur?”

Tiba-tiba ada suara terdengar dari belakang.

“Apakah aku memintamu untuk datang tengah malam begini?”

Arianne terkejut, dia meraba-raba sekitar untuk mencari saklar lampu tapi ada sesuatu di lantai yang membuatnya tersandung, dia terjatuh dengan wajah mendarat ke lantai terlebih dahulu.
Continue to read this book for free
Scan the code to download the app

Latest Chapter

  • Bab 1901 Cahaya Di UJUNG Terowongan

    Arianne sudah lama tidak mendengar nama itu, dia harus berpikir lama beberapa detik sebelum akhirnya mengingat wajahnya.Shelly-Ann Leigh… Dia pasti menghabiskan bertahun-tahun di rumah sakit jiwa, bukan? Hanya Tuhan yang tahu jika rambut wanita itu sekarang abu-abu dan putih seluruhnya.Ketika seseorang hampir mati, seseorang dapat berdiri untuk memaafkan semua sejarah di antara mereka—bahkan yang gelap, walaupun jika buku besar itu penuh—untuk selamanya. Jadi, Arianne menjawab, "Aku akan pergi denganmu. Tidak peduli apa yang terjadi, dia tetap ibumu."Mark sama sekali tidak mengharapkan jawaban itu darinya. Dalam keterkejutannya, dia membungkuk dan meninggalkan ciuman di bibirnya. “Aku tahu aku memilih wanita yang tepat sebagai istriku. Aku pikir kau tidak akan setuju untuk membiarkanku menemaninya selama hari-hari terakhirnya…”Arianne tidak menjawab apa-apa. Dia tidak begitu bodoh sehingga akan mencoba untuk menang dari seorang wanita yang hari-harinya terhitung jari. Tidak ped

  • Bab 1900 Si Gagak Terbang Menembus Malam Tahu Ia Tidak Pernah Menjadi Bagian Si Putih Dan Si Emas

    Arianne mencibir. “Kamu keliru, nona kecil. Aku tidak akan cukup gila untuk membuat marah ibu dari pria yang kusuka jika aku jadi kau, Nak. Aku khususnya tidak akan mengatakan apa pun yang ber-IQ serendah itu juga. Biarlah aku benar-benar jujur ​​kepadamu: tidak seorang pun yang memiliki nama keluarga Leigh akan mendapat sisi baikku—yang terakhir gagal. Keras. Aku dapat menjamin bahwa kau akan meninggalkan kami dalam rentang waktu tiga hari. Jika aku kalah, kau bisa tinggal di sini selamanya. Ingin bertaruh? Aku menantangmu."Dia membiarkan ancamannya tergantung pada ucapan itu dan membalikkan kursi rodanya, meninggalkan wanita muda yang terhina itu.Kemarahan menyeruak dari Raven seperti gelombang gempa di sekujur tubuhnya. Dia hampir mengalami hiperventilasi, tetapi tepat sebelum menjadi tidak mungkin untuk dikendalikan, dia kembali dan mendesak dirinya untuk tenang. Dia punya perasaan bahwa meskipun dia pingsan saat itu juga, tidak ada yang akan menemukannya, bukan?Sekarang sete

  • Bab 1899 Aku Belum Pernah Terbang Bersama Mereka, Aku Pernah Terjatuh Sendiri

    Melissa adalah tipe orang yang selalu mendesak segala sesuatunya menjadi semeriah mungkin. Dia melompat berdiri dan mengangkat cangkirnya, “Yo, semuanya! Mari bersulang untuk Cindy yang menjadi sepupu iparku!"Penonton menjawab dengan antusias dengan cangkir mereka di udara dan berseru—kecuali Raven, yang tetap duduk. “Aku memiliki tubuh yang sakit-sakitan. Aku tidak bisa minum. Maafkan aku."Senyumannya begitu kaku, wajahnya terlalu pucat. Sesuatu terlintas di mata Arianne sebelum dia menjawab, "Tentu."Setelah pesta pora memudar, Arianne mengarahkan kursi rodanya ke halaman. Penampilan luar dari rumah itu tampaknya telah membeku dalam waktu, itulah mengapa berada di sini membuatnya merasa sangat… aman.Tentu saja, itu terjadi meskipun Henry dan Mary meninggal. Pada akhirnya, waktu berlalu dan banyak hal berubah, karakter dan objek datang dan pergi, dan semua tahun yang hilang ini meninggalkan penyesalan yang tertinggal di belakang mereka.Arianne melihat siluet yang berdiri send

  • Bab 1898 Sebagai Orang Asing, Sebagai Seekor Gagak Ditengah Kumpulan Angsa Putih

    Arianne meraih kedua tangan wanita cantik itu dan tersenyum. "Terima kasih! Astaga, bagiku… ini seperti kalian berdua bertambah tua dalam sekejap mata! Betapa cantiknya kalian berdua! Cindy, dimana kakakmu? Plato belum pulang?"Menyebut nama kakak tersayangnya membuat Cynthia cemberut. "Dia bilang dia akan pulang setengah bulan yang lalu—itu yang dia katakan. Siapa yang tahu apa yang sebenarnya dia lakukan? Lagipula, siapa yang peduli tentang orang tak berguna itu. Dia selalu seperti ini. Oh, um, cuacanya cukup panas. Kita mungkin sebaiknya masuk.”Arianne mengangguk dan menatap sekilas Aristoteles dengan pandangan gelisah. Tidak sekalipun anak itu terlihat seperti ingin berbicara dengannya... Mungkinkah ia sedang menghitung keluhannya dalam pikirannya? Mark dan Arianne sudah lama tinggal di Swiss; Hidup pasti sulit baginya sendirian.Butuh waktu sampai dia mencapai ruang tamu untuk akhirnya melihat Raven. “Millie, apakah ini adik perempuanmu?”Melissa dengan cepat melompat untuk m

  • Bab 1897 Kembalinya Seorang Ratu

    Seluruh tubuh Aristoteles terpatung.Dia telah menunggu berita ini selama sembilan belas tahun. Seiring waktu berlalu, semangatnya meredup sedikit demi sedikit, perasaannya menjadi kebal, sampai pikiran itu tidak ada bedanya dengan ilusi. Tetapi hari ini, berita tentang hal itu menjadi kenyataan baginya dan menghempaskannya ke dalam pikiran yang bermacam-macam.Beberapa saat kemudian, dia akhirnya bergumam pelan, "Kapan... Kapan mereka akan kembali?"Jackson menutup jarak di antara mereka dan memberi anak muda itu tepukan ringan dan menenangkan di pundak. “Tidak secepat itu, aku yakin; bukan ketika ibumu baru saja siuman dan membutuhkan waktu untuk pulih. Dia tidur selama sembilan belas tahun, kau tahu. Jadi mungkin setelah dia cukup pulih untuk beberapa saat…” jawabnya. “Kita telah menunggu selama sembilan belas tahun untuk ini, bukan? Apa artinya menunggu sedikit lebih lama dibandingkan dengan itu? Hal terpenting yang harus kau lakukan adalah mengelola perusahaan dengan kemampuan

  • Bab 1896 Ibumu Sudah Siuman

    Cynthia belum pernah menjalin hubungan sebelumnya, jadi dia tidak tahu apa itu cinta. Namun, ada satu hal yang pasti. Dia menyukai perasaan bersama Aristoteles dan bagaimana dia melindunginya sejak mereka masih kecil. Meskipun Aristoteles menjadi sedikit mendominasi dan "nakal", dia tidak terkejut olehnya. Sebaliknya, dia bahkan merasa sedikit terharu, yang terasa luar biasa.Tidak diketahui bagaimana mereka bisa sampai di tempat tidur, dengan nafas mereka yang berpadu. Terlepas dari satu hal terakhir, mereka telah melakukan hampir semua hal lain yang bisa dilakukan.Saat mereka akan melakukan hal terakhir, Aristoteles tiba-tiba berhenti dan membantu menarik selimut menutupi Cynthia. "Ayo tidur, selamat malam."Cynthia masih bingung dari sebelumnya. Dia tidak tahu mengapa Aristoteles tiba-tiba berhenti, dia juga tidak memiliki keberanian untuk bertanya padanya. Dia telah berjuang begitu lama sebelum meyakinkan dirinya untuk mengikuti arus…Keesokan harinya, ketika Cynthia bangun, A

More Chapter
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on MegaNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
Scan code to read on App